Kamis, 04 Desember 2008

KiaiKanjeng Terus Berjanan

KiaiKanjeng mensyukuri lahirnya album Terus Berjalan sebagaimana KiaiKanjeng mensyukuri segala sesuatu yang dialami dan dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari termasuk seperti saat ini ketika misalnya KiaiKanjeng sedang berada di Abu Dhabi untuk acara Indonesian Cultural Night 2008 20-25 November 2008 di Gedung Cultural Foundation Abu Dhabi. Sebelumnya di negeri Kincir Angin Belanda selama kurang lebih 2 minggu (6-20 Oktober 2008).

Di negeri Belanda itu, KiaiKanjeng datang tidak terutama untuk berkesenian, melainkan datang membawa hatinya untuk menyapa masyarakat di sana, membawakan lagu-lagu untuk mempererat persaudaraan di antara orang yang berbeda latar belakangnya, terutama latar belakang agama dan budayanya, terlebih lagi tatkala ketegangan antar manusia kerap mengemuka.

Kemana-mana yang dibawa KiaiKanjeng adalah "manusia"-nya. Bertemu orang, dari pelosok desa hingga kota-kota di mancanegara, KiaiKanjeng lebih dulu menyodorkan sisi manusia dirinya. Manusia dimanusiakan lebih dulu oleh KiaiKanjeng. Agaknya itu dilakukan karena hidup di zaman modern ini telah membuat manusia tercabik-cabik ke dalam kotak-kotak sempit politik, ekonomi, golongan, ideologi, dan berbagai kotak lainnya. Musik dan kesenian, lirik dan lagu, nada dan irama yang dihasilkan KiaiKanjeng lebih banyak "mengabdi" untuk usaha memanusiakan kembali manusia.

Itu tidak berarti bahwa sisi-sisi kualitiatif musikalitas menjadi dinomorduakan. Sama sekali bukan. Bahkan sebaliknya, justru dalam rangka menjalankan proses "nonkesenian" yang disebut memanusiakan itu tadi, KiaiKanjeng makin terlecut untuk lebih kreatif dan berprestasi, kendatipun itu bukan orientasi pertama dan utama. Semoga bukan suatu kesombongan: tahun 2005 KiaiKanjeng mendapat kesempatan pentas di Italia, dan mendapat kehormatan untuk tampil di museum musik klasik dunia di Napoli tempat musisi kelas dunia pernah menggelar konser mereka seperti Guiseppe Verdi, Robert Wagner, Guiseppe Tartini, dan Antonio Vivaldi. Di situ, KiaiKanjeng meninggalkan cinderamata berupa naskah notasi karya mereka, Pambuko I, Pambuko II dan demung.

Di London Inggris, pada tahun 2005, KiaiKanjeng juga mendapatkan kehormatan untuk tampil dalam acara Islamic Award for Muslim Excellence yang dihadiri para pemuka Muslim di Eropa. Di Mesir, tahun 2003, KiaiKanjeng tampil dan mendapatkan sambutan hangat dari publik Mesir dan membuat mata mereka sedikit terbuka tentang Indonesia. Beberapa hari lagi, 21 Oktober 2008, setibanya dari Belanda, KiaiKanjeng telah genap mengunjungi 29 kota di luar negeri.

Tetapi yang lebih melegakan adalah ketika KiaiKanjeng mendengar kesaksian murni dari audiens tentang penampilan mereka. Sebut misalnya Egbert Van Velahuizen tokoh agama Kristen Windesheim yang mendengarkan musik-musik KiaiKanjeng saat mereka tampil di Universitas Windesheim Belanda beberapa hari lalu. Ia mengatakan," Lagu yang kalian mainkan telah menyentuh hati saya. Kalian telah mengajak manusia untuk hidup bersama secara damai. Kalian membawa kami untuk membuka sebuah lembaran baru, sebuah dunia yang lebih baik."

Atau mungkin boleh juga menyimak pernyataan Tom America, seorang komponis terkenal Belanda yang tinggal di Amsterdam. Ia adalah salah seorang yang sangat antusias mengikuti pertunjukan dari awal hingga akhir saat KiaiKanjeng tampil di Gedung teater De Nobelaer Anna van Berchemlaan 2, 4872 XE Etten-Leur Netherlands dalam rangkaian tur Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng ke Belanda 6-20 Oktober ini. Ia menyatakan bahwa dia merasa mendapat pelajaran berharga dari penampilan KiaiKanjeng. Belum pernah ia menyaksikan pertunjukan seperti yang KiaiKanjeng pertontonkan; sebuah instrumen musik tradisional –dengan segala keterbatasannya, mampu meramu dan menampung lagu dan jenis musik dari seluruh benua. Itu menjadi luar biasa, karena bisa menjadi simbol bahwa perbedaan budaya, agama, ras, bangsa dan sebagainya bisa di"satukan" lewat musik.

Egbert Van Velahuizen dan Tom America masih punya teman, tetapi semua kesaksian itu tidak membuat KiaiKanjeng GR. Sebaliknya itu semua memacu mereka untuk Terus Berjalan. Lebih-lebih budayawan Emha Ainun Nadjib sebagai bagian tak terpisah dari proses kehidupan KiaiKanjeng (mulai soal kreativitas, pandangan hidup, hingga soal-soal daily life) terus membesut mereka untuk tak jemu-jemu menjadi manusia yang sebisa mungkin murni sebagai manusia, di manapun mereka hadir, di manapun mereka bertemu beragam masyarakat.

Itu sebabnya, di tanah air misalnya, kerap kali kehadiran KiaiKanjeng dan tentunya Emha Ainun Nadjib itu diam-diam atau tidak diam-diam membawa suatu "tugas" khusus umpamanya untuk mendamaikan pihak-pihak yang bersitegang, menghibur mereka yang kesepian, atau membantu mencari ilmu bagi mereka yang bingung atau terbingungkan, dengan pertama-tama meletakkan manusia sebagai subjek utama--tentu disertai upaya menegakkan objektivitas--dalam menganalisis suatu masalah. Jadilah musik KiaiKanjeng diaransemen untuk mempermudah proses komunikasi sosial, dan ini adalah sesuatu yang unik.

Barangkali karena itulah posisi KiaiKanjeng dalam dunia musik agak tidak berada dalam peta mainstream, walaupun KiaiKanjeng yang wajah orang-orangnya menyiratkan bahwa mereka adalah orang biasa, sederhana, mungkin juga ndeso, tetapi toh mereka tidak canggung jika harus berkolaborasi dengan para pemusik "resmi" seperti Cat Steven, atau kelompok penerusnya Ummi Kultsum di Mesir.

Album Terus Berjalan ini memang bisa berarti secara harfiah bahwa personel-personel KiaiKanjeng terus berjalan dengan menggotong sendiri seabrek alat musik, saron, demung, keyboard, terbang, dan lain-lain ke berbagai tempat di muka bumi ini, seperti ketika mereka beracara di Finlandia 2006, namun di balik perjalanan mereka, tatapan mata mereka tetaplah ke depan. KiaiKanjeng terus berjalan, sebagaimana Anda dan kita semua juga harus terus berjalan.

Album Terus Berjalan ini berisi 8 lagu. Diproduksi oleh Progress Yogyakarta dan distribusinya ReMZ Music Jakarta. Resminya Album sudah beredar pertengahan Nopember lalu.[]



* Terbaru
* Terpopuler

* Kiaikanjeng Terus Berjalan
* Pengalaman Emas Java Enterprise
* SIARAN PERS: KiaiKanjeng Pukau Masyarakat Abu Dhabi
* Reportase: Cak Nun KiaiKanjeng Dan Luka Para TKW
* "Kiai Kanjeng", Wilders dan The Clash of Ignorance
* From Zero to Hero, to Minus Zero....
* Ahmadiyah Berlin
* Membangkitkan Kebangkitan: Paradigma Baru Kemandirian

* Emha Ainun Nadjib, Kiaikanjeng Sang Pelayan
* Tuhan Dan Malaikat Saja Bershalawat
* Penguatan Citra, Keangkuhan Daya, Pembusukan Cinta?!
* Mau Apa? Mau Gimana? Karepmu Opo?
* Novia Kolopaking, Aduhai....
* Mbah Maridjan dan Mbah Ronggo
* Joko Penthil dan Manusia Poligami
* Menuju Nasionalisme 2009
* Selamat Tinggal Pak Harto
* Merelakan Cak Nun Untuk Negeri

Advertisement
Banner

Tidak ada komentar: